Senin, 24 November 2014

Aku Sayang Kamu


“aku sayang kamu, Dicky”
Tiba-tiba ku terbangun. Sedikit demi sedikit mataku mulai menatap tempat asing ini “dimana aku” batinku. Terasa nyeri kepala ini, dan infus yang terpasang di tangan kiriku memberitahuku bahwa aku berada di rumah sakit. Ku tebarkan pandanganku ke sekeliling kamar yang tak begitu luas ini. Huh begitu sepi sekali.
Tak lama terdengar suara pintu terbuka. Dan suara lembut terdengar “akhirnya kau bangun juga, tak capek kah kau tidur begitu lamanya?”. Ku kenali suara itu, sahabatku di kampus, Natan. Ku hanya tersenyum melihatnya.
“apa yang terjadi? Kenapa ku bisa ada ditempat ini?” tanyaku saat dia duduk di kursi samping tempat tidurku.
“kau pikir apa?” jawabnya singkat.
“entahlah” jawabku singkat sembari rebahan dikasur lagi. Natan hanya mendangiku, seakan dia ingin mengungkapkan sesuatu. “kenapa kau meliatku aku seperti itu?” tanyaku pada akhirnya karna tak tahan dia melihatku seperti itu.
“tak apa, aku akan keluar sebentar. Kamu ingin apa?” Tanyanya dan mulai berdiri. Aku hanya menggelem. Dan dia mulai berlalu.

Penyakit tanaman pangan


Nama : Azella Afza Marenda Anastasia Fasabreta
NIM : 135040201111003
Kelompok : J1 / Rabu, 09.15 WIB

Pyricularia oryzae


a.        Klasifikasi
Menurut Dwidjoseputro (1975) dalam Sijabat (2007), jamur P. oruzae dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom   : Plantae
Division     : Mycota
Subdivisio : Eumycotina
Kelas         : Deuteromycetes
Ordo          : Moniliales
Family       : Moniliaceae
Genus        : Pyricularia
Spesies      : Pyricularia oryzae Cav.

b.      Gejala
Jika tanaman telah ditulari dengan spora-spora jamur maka pada daun tampak bintil-bintik kecil. Warna bintik-bintik itu ungu kekuning-kuningan, kemudaia lama-lama menjadi membesar dan terdapat titik kecil berwarna putih ditengahnya. Jumlah titik ungu kekuningan bisa banya atau sedikit tergantung tingkat serangan jamur dan ketahanan varietas padi yang ditanam (Siregar, 1981 dalam Sijabat, 2007)
Gejala pada daun, yang sering disebut sebagai blas daun (Leaf blas), jberbentuk bercak-bercak jorong dengan ujung-ujung rincing. Pusat bercak berwarna kelabu atau keputih-putihan dan biasanya mempunyai tepi coklat atau coklat kemerahan. Bentuk dan warna bercak bervariasi tergantung dari keadaan lingkungan, umur bercak, dan derajat ketahanan jenis padi. Pada daun tua bercak agak kecil dan lebih bulat, sehingga mirip dengan bercak D. oryzae (Semangun, 1993 dalam Sijabat, 2007)
Gejala tipe akut berbentuk bulat, bercak hijau tua dengan bagian ujung runcing, akhirnya berkembang menjadi berbentuk gelendong/kumparan. Pada bagian tengah kelihatan adanya koloni penyebab penyakit yang disebabkan oleh konidiapor dan konidia. Biasanya penyebab penyakit tumbuh pada kondisi yang sesuai yang menyebabkan tanaman rentan (Luh, 1991 dalam Sijabat, 2007)
Tangkai malai dapat membusuk dan patah, sehingga penyakit ini disebut pula busuk leher. Bila infeksi ini terjadi sebelum masa pengisian bulir, maka dapat terjadi kehampaan pada built. Batang pun dapat terinfeksi akibat penularan dari pelepah daun, sehingga batang membusuk dan mudah rebah (Harahap, 1989 dalam Sijabat, 2007)


Hama tanaman tahunan

Penggerek Pucuk Tebu Scirpophaga novella

http://blog.ub.ac.id/daningfpub/files/2013/01/scircopaga-nivella.jpg

Klasifikasi
Menurut Boedijono, 1990 Scirpophaga nivella  termasuk dalam:
Filum               : arthropoda,
Klas                 : insekta,
Sub klas           : Pterygota,
Ordo                : Lepidoptera,
Familia            : Pyralidae,
Genus              : Scirpophaga
Spesies            : S. nivella  Snellen

Gejala Serangan
Daun yang terserang larva penggerek pucuk akan berwarna coklat dan pada tulang daun kan
terbentuk jalur berupa garis. Larva berupa ulat ini kemudian bergerak menuju pucuk daun yang masih menguncup sehingga saat terbuka daun akan tampak berlubang kecil (Kalshoven, 1981  cit. Handiyana, 2000). Perkembangan ulat menjadi ulat dewasa akan dimulai dengan penggerekannya dengan cara melubangi sedikit demi sedikit bagian atas ruas batang dan berkepompong di dalamnya, akibatnya pertumbuhan tanaman terhambat karena titik tumbuh mati (Sudiatso, 1982 cit. Handiyana, 2000). 

Siklus Hidup Penggerek Pucuk Tebu
Fase pertama adalah telur yang di hasilkan dari tetua betina yang jumlahnya berkisar 6-30 butir  akan menetas pada umur 8-9 hari. Ulat yang keluar dari telur menuju daun yang masih muda dengan cara menggantung pada benang-benang  halus yang dikeluarkan dari mulutnya. Larva akan menggerek  daun dan menuju ibu tulang daun, larva menggerek  menuju titik tumbuh batang dan menembus batang. Setiap batang berisi satu ekor penggerek (Kalshoven, 1981). Ulat tersebut pada umur muda berwarna kelabu, kemudian berubah berwarna kuning kecoklatan dan pada saat mendekati stadium pupa berwarna kuning putih. Stadium  pupa calon betina 8-10 hari dan calon jantan 10-12 hari. Kupu-kupu betina   sudah   dapat   bertelur   sehari   setelah   keluar   dari   kepompong   kupu-kupu mempunyai warna sayap dan punggung putih dengan jambul berwarna merah. Siklus hidup penggerek betina 48-58 hari dan jantan 50-56 hari (Handjojo, 1976).


hama tanaman hortikultura


ULAT GRAYAK
Biologi Hama
Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom  : Animalia
Filum  : Arthropoda
Kelas   : Insecta 
Ordo   : Lepidoptera
Famili  : Noctuidae
Genus   : Spodoptera
Spesies  : Spodoptera litura F.

Ulat grayak  Spodoptera litura  F. (Lepidoptera: Noctuidae) adalah hama yang sering menimbulkan kerusakan pada pertanaman kedelai di Indonesia, khususnya pada musim kemarau. Serangan ulat grayak pada fase pertumbuhan vegetatif mampu menurunkan hasil sampai dengan 80%, sehingga ulat grayak dipandang sebagai salah satu kendala produksi kedelai. Hama ini tersebar luas khususnya di daerah yang beriklim panas dan lembab, dari subtropis sampai daerah tropis. Informasi luas, intensitas serangan, dan kehilangan hasil karena ulat grayak masih terbatas, dan belum tercatat dengan baik. Pada tahun 2009 di KP Muneng terjadi defoliasi/kerusakan daun dan kehilangan hasil hingga 100%.   Populasi ulat grayak di beberapa sentra produksi kedelai di Jawa Timur, yaitu di kabupaten Jombang, Ponorogo, Pasuruan, dan  Banyuwangi telah berkembang menjadi tahan terhadap insektisida golongan endosulfan dan dekametrin yang digunakan petani secara terus menerus (Marwoto dan Bedjo  1996).


Kamis, 03 Juli 2014

Ilusi


Khayalanku melambungkanku
Akan sesuatu yang semu
Sesuatu yang indah
Namun menyakitkan

Bayangmu menghampiriku
Mengisi hari-hari semu
Membei kebahagian
Yang tak pernah nyata

Hingga ku terjatuh
Terpuruk pada daratan
Kembali pada kenyataan
Bahwa kau hanya ilusi

Aku terkunci dalam kenyataan yang semu
Harap yang melampaui batas
Harap yang menghancurkan
Saat aku tersadar kau tak pernah ada

Malang, 25 April 2014

Kenangan


 “Hai, gimana kabarnya. Baik-baik saja kan? Aku tentu saja baik. Aku lagi menyongsong libur semester. Aku harap kalian gak begitu sibuk. Ingin rasanya bisa berkumpul lagi. Bagaimana jika tanggal…”
Aku berhenti mengetik pesan yang sudah begitu panjangnya. Yang akan aku kirim ke teman-temanku melalui grup chat. Tapi aku urungkan. Aku delete semua kata yang sudah terangkai itu. Menutup jendela sosmedku. Beralih ke folder foto dalam computer. Foto-foto yang sudah cukup lama mengisi computer ini.
Ku pandangi foto-foto itu satu persatu. Ternyata sudah begitu lama waktu berjalan, meninggalkan aku dalam kenangan indah saat aku bersama kalian. “ah sudah begitu lama” batinku sambil tersenyum memandangi foto beserta kenangan didalamnya. Melemparkan aku ke masa lalu.

THIS LOVE


“Are you oke? kata Dita mengagetkanku sambil duduk disampingku.
“Of course” kataku singkat tanpa mengalihkan pandanganku dari buku yang ku baca.
Dita menatapku dengan heran.
            Namaku Amanda, begitulah teman-teman biasa memanggilku. Aku mahasiswi agroekoteknologi. Dan anak yang duduk disampingku adalah Dita, sahabatku sejak SMP. Dia adalah mahasiswi sosiologi. Aku dan Dita satu universitas. Hari ini aku pergi ke perpustakaan untuk mengerjakan laporan kuliahku, dia menemaniku. Maklum saja aku anaknya gak pede-an kalau keluar sendiri. Sebenarnya aku kesini karna banyak pikiran, dari pada suntuk di kost-kost an mending keluar aja. Aku belum crita ke Dita kalau aku brantem ama pacarku lagi. Ya lagi pula bukan cerita yang baru. Sudah sangat sering terjadi, dan mungkin Dita udah bosen dengernya. Tapi hubungan ini bisa bertahan dengan keadaan yang seperti ini.
“Yuk pulang” kataku setelah cukup lama kami ada diperpustakaan.
“Ayo, tapi cari makan dulu yuk, udah sore nich …..laper” katanya.
“Hehehe maaf,maaf aku kelamaan ya, pasti kamu udah laper banget” kataku bercanda.
“He.em nich…ayo cepetan” ujarnya seraya bangkit dari duduknya. Aku pun segera menyusulnya.

Siapa Kamu


Siapa kamu?
Yang hanya bisa memandang langit gelap dari ambang jendelamu. Terselimuti dingin angin malam yang kau rasa begitu sejuk. Hitam dan gelap, tapi suatu ketika kamu merasa malam tak segelap itu, tak seperti yang kau bayangkan. Ntah apa yang membuat langit malam itu menjadi terang tanpa rembulan.
Siapa kamu?
Yang menunggu sinar mentari muncul pada pagi hari. Menanti lukisan alam yang indah dari Tuhan yang selalu ingin kau nikmati, yang ingin selalu kau abadikan dengan kamera rongsokan itu. Bukankah gambar itu selalu sama? Tapi kamu selalu mengabadikannya. Sebegitu indahnya kah? Hingga kamu selalu terpesona memandangnya, hingga warna jingga menembus jendela kamarmu dan kian lama warnanya memudar.

Rabu, 02 Juli 2014

Sudah Waktunya



“sudah waktunya” kataku lirih yang sedari tadi duduk diatas kasur empuk ini. Mataku menatap setiap sudut kamar, sembari beranjak menuju sudut kamar. Didepan lemari, ragu tapi tak ada pilihan lain untuk tidak melakukannya. Ku ambil koper dari atas lemari, membuka lemari dan mulai memasukkan beberapa baju. Dalam diam, aku melakukan kegiatan itu hingga ku rasa cukup. Mataku beralih ke meja tempat belajarku “Mungkin ada barang yang harus ku bawa” batinku.

Mataku terfokus ke satu benda. Bimbang itu datang namun aku tak punya kekuatan. Aku hanya anak lemah, ya aku lemah. Tanpa sadar, cairan hangat mulai terasa di pipiku. Berlahan namun pasti, cairan itu turun semakin deras. Aku terduduk, membenamkan wajahku di lutut. “sudah waktunya” kataku dalam isak tangis yang tak tertahan lagi. Beberapa saat, tak mampu melakukan apapun. Aku hancur, andai mereka tahu dan mengerti apa yang aku inginkan. Aku tak ingin pergi, sungguh.