Kamis, 03 Juli 2014

THIS LOVE


“Are you oke? kata Dita mengagetkanku sambil duduk disampingku.
“Of course” kataku singkat tanpa mengalihkan pandanganku dari buku yang ku baca.
Dita menatapku dengan heran.
            Namaku Amanda, begitulah teman-teman biasa memanggilku. Aku mahasiswi agroekoteknologi. Dan anak yang duduk disampingku adalah Dita, sahabatku sejak SMP. Dia adalah mahasiswi sosiologi. Aku dan Dita satu universitas. Hari ini aku pergi ke perpustakaan untuk mengerjakan laporan kuliahku, dia menemaniku. Maklum saja aku anaknya gak pede-an kalau keluar sendiri. Sebenarnya aku kesini karna banyak pikiran, dari pada suntuk di kost-kost an mending keluar aja. Aku belum crita ke Dita kalau aku brantem ama pacarku lagi. Ya lagi pula bukan cerita yang baru. Sudah sangat sering terjadi, dan mungkin Dita udah bosen dengernya. Tapi hubungan ini bisa bertahan dengan keadaan yang seperti ini.
“Yuk pulang” kataku setelah cukup lama kami ada diperpustakaan.
“Ayo, tapi cari makan dulu yuk, udah sore nich …..laper” katanya.
“Hehehe maaf,maaf aku kelamaan ya, pasti kamu udah laper banget” kataku bercanda.
“He.em nich…ayo cepetan” ujarnya seraya bangkit dari duduknya. Aku pun segera menyusulnya.

JJJ
Sesampainya di warung Dita langsung memesan makanan untuk dirinya dan untukku. Ya maklum saja dia tau apa makanan yang ku pesan kalau ke warung itu. Sambil menunggu makanan aku bercerita kepadanya. Hufh jadi agak legaan walau gundahku belum hilang.
“Udahlah all will be ok. Kamu tau itu bukan?” katanya sambil senyum.
“Entahlah, hanya bisa berharap bisa seperti itu” kataku lesu.
“Kamu dan dia slalu bisa menyelesaikan semuanya kan” Katanya mencoba menyemangati.
“hmm” aku hanya mengangkat bahu.
“Udah-udah tuch makanannya udah datang, aku laper banget nich” katanya lagi.
“Iya, ayo makan” jawabku singkat.
JJJ
Beberapa saat setelah makan kami pun pulang ke tempat kost kami, walau nge-kost aku masih bawa motor. Sore ini hujan turun rintik-rintik, aku menyetir dengan hati-hati. Sesampainya didepan kost aku baru inget tuk beli roti dan selai buat sarapan besok karna persediaanku habis. Aku memutar motorku, “aku mau beli roti bentar, kamu mau nitip apa?”
“hepitos ama oreo ya….hehehe” katanya singkat.
“Cuma itu aja?” tanyaku memastikan.
“Iya, hati-hati jalan licin” katanya kemudian.
“Yups” aku pun langsung brangkat.
Setelah membeli kebutuhanku, aku cepet-cepet balik, karna gerimisnya udah semakin deras.
Tiba-tiba ada motor dari arah berlawanan yang mendahului mobil di depannya tanpa tau ada motorku yang akan berbelok.
Braaakkkk…..
“woi-woi cepet tolongin, cepet bawa ke RS” sahut seorang laki-laki yang tak ku kenal.
“motornya pinggirin dulu disana” sahut lainnya.
“ayo angkut pakek mobil ini aja” sahut lainnya lagi.
Dan aku tak sadarkan diri.
JJJ
Aku mencoba membuka mataku. Yang kulihat hanya ruangan yang penuh dengan cahaya putih yang menyilaukan mataku. Berlahan ku dengar hiruk pikuk suara yang terasa begitu ramai. Suara isak tangis seseorang yang menggenggam tanganku begitu eratnya, suara orang yang mengkhawatirkanku. Ku lihat satu per satu wajah orang yang ada disekelilingku. Kondisiku tak cukup baik, perban ini membalut kepala, kaki dan tanganku. Nyeri yang luar biasa ku rasakan di sekujur tubuhku. Setelah siuman aku hanya terdiam.
Aku ini siapa? Orang-orang ini siapa? Kenapa aku ada disini?” kataku dalam benakku.
“Kamu udah siumam?” kata gadis yang menggenggap tanganku erat.
Aku hanya mengangguk, “kamu siapa?” kataku kemudian.
“kamu ngomong apa sih? Aku kan sahabatmu Dita. Kita temenan mulai SMP. Kamu gak ingat itu?” katanya dengan cepat dan mencoba menahan tangisnya.
Aku hanya menggeleng. “Siapa mereka?” tanyaku kemudian.
“Orang tuamu, adikmu, keluargamu, tak ingatkah kamu?” katanya menjelaskan.
Aku hanya mengangguk. “Kenapa aku ada disini?” tanyaku lagi.
“Kecelakaan. Kamu mengalami kecelakaan kemarin sore, udah kamu istirahat aja” katanya menjawab pertanyaanku dengan sabar.
Aku mengangguk lagi. Lalu menutup mataku.
JJJ
            Keesokan harinya Amanda melakukan scan. Dari hasil scan didapat bahwa kepala Amanda mengalami benturan, kemungkinan itu yang menyebabkan dia tak mengingat tentang dirinya sendiri ataupun orang lain. Amanda dipindahkan dari RS Umum ke RS Kota agar pendapat pengobatan yang optimal. Dita membantu proses pindahan Amansa. Dita juga merasa bersalah, kenapa ia tak melarangnya pergi padahal jalanan licin kena hujan, malah nitip beliin makanan.
Selesai pindahan kira-kiran jam 2 siang. Tak lama kemudian banyak teman Amanda yang datang berkunjung. Amanda hanya bisa menatap mereka. Mencoba mencari memori yang tertinggal. Mereka saling bercerita, namun Amanda hanya bisa diam. Tak lama mereka disana, cuma sekitar 1 jam an.Lalu mereka pulang.
JJJ
Di lain tempat seorang cowok sedang kebingungan bercampur jengkel dan marah. Maklum udah 2 hari Amanda benar-benar tidak memberinya kabar. Ditambah lagi perasaannya gak enak mulai kemarin. Dia adalah Rudi, pacar Amanda sejak  3 tahun yang lalu. Saat ini dia kuliah di universitas yang berbeda dengan Amanda.
Duh kemana anak ini, masih aja kayak anak kecil. Pakek acara matiin semua hp-nya lagi. Slalu aja seenaknya sendiri kalo lagi marahan. Slalu aja kabur dulu sebelum nyelesaiin masalah. Ok fine kalo itu maunya” umpat Rudi dalam hatinya.
            Akhirnya Rudi mencoba mengirim pesan ke sobatnya Amanda.

Dita
Dit, Amanda mana? Kok hp-nya mati semua.

Beberapa saat lagi Dita membalas.

Rudi
Aku lagi di RS. Amandakecelakaan kemarin sore. Sekarang di RS Kota, ruang Mawar no 9.

Tanpa pikir panjang, Rudi bergegas keluar dari kamarnya, disambarya jaket dan hp-nya. Mengeluarkan motornya yang sudah terparkir rapi di dalam rumahnya dan segera menghilang begitu saja.
JJJ
            Waktu menunjukkan pukul 4 sore, Dita bersiap untuk pulang setelah membesuk Amanda. Baru saja ia akan keluar ruangan dilihatnya Rudi terengah-engah karna dia terburu-buru menuju ruangan Amanda.
“Gimana keadaannya?” sergah Rudi, belum sempat Dita berkedip.
“Do’a kan saja semua baik-baik saja” jawab Dita. Mengingat apa yang sebenarnya terjadi.
“Apa maksudmu? Segitu burukkah? Kamu jangan bercanda Dita” kata Rudi tak percaya.
“Entahlah” jawab Dita acuh. Rudi bergegas untuk masuk, digesernya Dita dari depan pintu.
“Biarkan dia beristirahat. Bisa bicara sebentar?” Kata Dita kemudian.
“Tentu” jawab Rudi singkat.
JJJ
Setelah Dita menceritakan kondisi Amanda kepada Rudi, Rudi hanya bisa tertunduk. Entah apa yang ia pikirkan, perasaannya jadi campur aduk. Kenapa bisa jadi seperti ini? Tanyanya dalam hatinya. Setelah menceritakannya pada Rudi, Dita beranjak untuk pulang. Moga kita semua di beri ketabahan, maafkan juga semua kesalahannya, kita semua tau bagaimana Amanda itu, moga kita bisa jauh lebih mengerti dia, hanya saja dia terlalu polos dan bodoh, bisik Dita setelah itu pergi meninggalkan Rudi sendiri. Seakan ruangan itu terasa begitu sepi walau banyak sekali orang yang ada disana.
Rudi berjalan kembali keruangan Amanda. Dipandanginya gadis yang terbaring lemas dan juga penuh luka di tubuhnya. Rudi masuk ke ruangan itu, memberi salam ke orang tua Amanda dan keluarganya. Lalu duduk disamping tempat tidur Amanda. Digengggamnya tangan itu dengan lembut. Dibelai rambut panjang Amanda, di pandanginya wajah yang pucat itu. Maaf aku tak bisa menjagamu hingga sekarang kamu jadi seperti ini. Aku janji akan lebih menjagamu lagi, bisik Rudi kepada gadis yang terlelap itu. Ditatapnya wajah gadis yang ada didepannya, memunculkan rasa bersalah darinya. Andai saja dia bisa lebih sabar.
Aku terbangun dari tidurku. Ku tatap cowok yang ada dihadapanku.
“Kamu siapa?” tanyaku kepadanya.
“Aku Rudi” jawabnya singkat.
“Apa kita udah kenal lama?” tanyaku lagi.
“Ya tentu saja. Bahkan kita sudah mengenal sangat lama” jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya padaku.
“hhmm, sebegitu lamanya kah?”
“Iya, aku pulang dulu. Nanti aku kembali lagi”
“Haruskah kamu kembali lagi? Siapa kamu bagiku?”
“Kamu bisa anggap aku siapa saja yang kau suka, asal kamu tau kamu adalah orang yang sangat berarti bagiku. Aku pulang dulu karna ada urusan yang harus aku selesaikan” katanya sambil tersenyum tipis.
            Rudi pun berlalu begitu saja. Aku masih memikirkannya. Siapa dia sebenarnya? Sepertinya dia begitu peduli kepadaku.
JJJ
            Aku duduk ditempat tidurku sambil membaca novel yang Dita bawa agar aku tak bosan. Hingga tiba-tiba ku dengar suara pintu terbuka. Rudi benar-benar datang lagi disaat yang tepat. Yach…maklum saja aku bilang begini karna aku di RS sendirian. Orangtuaku sibuk dengan urusannya sendiri. Dita pun tak bisa datang untuk menemaniku.
“Apa yang kamu bawa itu?” tanyaku ketika melihatnya masuk.
“Hanya beberapa buah apel merah” jawabnya singkat, “kesukaanmu” tambahnya kemudian.
“Kesukaanku?” tanyaku heran.
“Iya. Aku kupasin untukmu” katanya seraya duduk di samping tempat tidurku.
            Melihatnya sibuk mengupas apel tiba-tiba aku tersenyum. Dia terlihat begitu manis. Begitu tenang dan nyaman ada dia didekatku. Sesaat dia menoleh ke arahku. Aku pun langsung mengalihkan pandanganku ke buku yang ada di pangkuanku.
“Kenapa?” tanyanya tiba-tiba.
“Gak papa kok” jawabku gugup.
“Kenapa dari tadi kamu liatin aku? Emangnya aku ada yang aneh ya?”
“Gak ada kok hehehe”
“Itu malah ketawa. Emangnya diwajahku ada yang aneh?”
“Gak ada Rud, suwer dech…”
“Bener nich…awas aja bo’ong”
“Emangnya aku mau kamu apain kalau bo’ong?”
Tiba-tiba Rudi terdiam. Teringat apa yang terjadi. “udah ah, nich apelnya” katanya akan menyuapiku.
“Aku bisa makan sendiri kok. Lagi pula aku bukan anak kecil yang harus disuapi bukan?”
“Kamu sakit, jadi aku suapin”
Akhirnya aku menurut saja ia suapin. Ku pandang wajahnya sesaat, terlihat wajah khawatirnya yang dia coba tutupi tapi juga ada persaan lega. Aku tak mengerti.
“Aku besok dateng agak siang karna ada kuliah pagi” katanya memecah keheningan.
“Iya, kenapa kamu mengatakannya padaku?Toh terserah kamu mau kesini atau tidak, bukan?” tanyaku heran.
“Ya gakpapa, aku akan slalu menemanimu”
“Aku gak mengerti apa maksudmu mengucapkan semua ini?”
“Udah, kamu tu masih sakit jangan banyak mikir dulu. Ini pakai hp ini, hp-mu masih belum balik kan?”
“He.em. untuk apa ini? Lalu gimana denganmu?”
“Agar aku bisa mengetahui kondisimu setiap saat. Aku ada hp yang lain. Disini udah ada no hp yang ku bawa, dan hanya ada satu kontak disini, cuma kontakku aja. Kamu paham?”
“Aduh apaan sich, udah maksa masih ada peraturan tambahannya lagi. Mending gak usah aja”
“Udah jangan banyak protes. Udah malem, cepet tidur. Aku akan nungguin kamu sampai kamu tidur”
Aku mulai berbaring di ranjangku. “makasih” kataku singkat sambil tersenyum.
“Iya” kataya sambil menggandeng tanganku. Aku pun mulai memajamkan mataku, hingga aku terlelap dalam tidurku. “Met tidur dan met istirahat sayang” bisiknya dan mencium keningku saat akan meninggalkanku.
JJJ
            “Aku gak mungkin ninggalin Amanda sendirian” batin Rudi. “Aku harus sms Dita, mungkin aja dia bisa jagain dulu sampai aku datang. Ya paling gak Amanda gak sendirian lama-lama” batinnya lagi.

Dita
Aku besok ada kuliah pagi, bisa jagain Amanda dulu gak?

Beberapa saat kemudian Dita membalas.

Rudi
Ya tentu aja. Tapi Cuma sampai jam 10.30 coz aku harus ke kampus.

Balas Rudi lagi.

Dita
Ya gakpapa, thanks ya.
JJJ
Pagi hari saat aku terbangung. Kulihat ruangan ini begitu sepi. Ada perawat yang masuk ke kamar untuk melihat kondisiku. Dan juga membawa obat dan makanan. Tak lama Dita datang. Membawa buku-buku lain untuk ku baca.
“Pagi….udah enakan non?” sapanya.
“Iya, udah lumayan kok” jawabku.
“Habis ada tamu ya?” Tanya Dita
“Ndak kok, semalem ada Rudi” jawabku.
“Ow pantes aja” kata Dita
“Kenapa?” tanyaku heran
“Gakpapa kok” jawabnya singkat
“Rudi itu orang baik ya” kataku sambil tersenyum. Baru saja aku bicara seperti itu, hp dari Rudi berbunyi.
Rudi
Pagi sayangku yang cantik, udah bangun belum.Moga harimu indah selalu.
Aku brangkat ke kampus dulu.

Aku balas sms-nya.

Amanda
Pagi-pagi udah ngegombal aja. Pakek panggil sayang-sayang segala lagi.
Moga harimu indah juga. Ati-ati di jalan.

Tak lama ia membalas smsnya.

Aku slalu ati-ati kok. See you :*

“Dasar aneh” kataku sambil memandang layar hp ini.
“Siapa sich yang udah buat Amanda pagi-pagi senyum?” Tanya Dita penasaran
“Rudi…hehehe” jawabku
“Pantes aja aku gk asing liat hp yang kamu bawa”
“Kamu kenal dia juga?” tanyaku
“Iya kita dulu satu sekolah saat SMA, tipe anak yang slalu aktif dan banyak penggemarnya, seperti itu lah dia”
“Sungguh? Apa sekarang dia juga masih sibuk terus?”
“Setauku iya.”
“Tapi dia ada waktu untuk menemaniku?”
“Untukmu apa sich yang enggak” kata Dita sambil tertawa.
“Eh dari tadi kamu bilang “pantes aja” emangnya kenapa?”
“Ya gak heran aja non, dia kan yang paling ngertiin kamu”
“Maksudnya?” tanyaku heran
“Udah ntar kamu juga akan tau sendiri. Oups aku harus balik ke kampus nich. Kamu gakpapa kan aku tingggal dulu”
“Iya gakpapa kok, toh banyak perawat disini”
“Ya udah, aku pergi dulu ya”
“Iya ati-ati”
JJJ
            Langit terlihat cukup cerah. Aku memutuskan untuk pergi ketaman dengan didampingi perawat. Udaranya sangat sejuk dibandingkan dengan di dalam kamar. Banyak bunga yang mekar, ada juga burung-burung yang hinggap didahan pohon untuk beristirahat ataupun lebah-lebah madu yang mencari nectar. Tak jauh dari tempatku berada, aku melihat Rudi menuju ke arahku. Dia terengah-engah di depanku.
“Bisa gak sich kalo pergi-pergi hp-nya di bawa. Kamu tu kebiasaan banget sich. Seneng banget buat orang khawatir, ngertiin perasaan orang dikit kenapa sich?” sergahnya kepadaku yang
tak mengerti apa-apa.
“Maaf aku gak tau kalau kamu bisa semarah ini padaku” ucapku lesu
“Hufh…lain kali jangan bikin orang khawatir.”
“Kok bisa sekhawatir ini?”
“Bagaimana aku gak khawatir, saat aku datang ke ruanganmu, ruanganmu dalam keadaan kosong. Dan hp ini ada diatas meja” katanya sambil mengeluarkan hp dari saku celananya yang sekarang ada gantungan dengan huruf R.
“Makasih” kataku singkat setelah menerima hp itu lagi.
“Auww” kataku ketika jariku tertusuk duri mawar yang akan ku petik. Rudi langsung menghisap jariku agar darahnya gak kluar.
“Kamu itu ngapain sich, gak bisa gak buat orang khawatir ya” katanya kemudian
“Maaf. Aku Cuma ingin metik mawar itu”
“Kamu kan bisa minta tolong ke aku”
“Iya-iya lain kali aku bilang. Maaf jangan marah-marah terus dong, ntar cepet tua lho” gurauku
“Kamu tuch yang buat” tapi ahkirnya ia tersenyum juga.
Kami pun kembali keruangan karna hari udah cukup terik. Ia mendorong kursi roda ini ke kamarku tanpa mengeluh.
JJJ
            Beberapa waktu berlalu. Akhirnya aku diperbolehkan pulang. Orang tuaku menjemputku, ada juga Dita dan Rudi yang datang ke RS sebelum aku pulang. Sesampainya di rumah terlihat ada beberapa orang yang menungguku. Begitu ramai disini, tapi aku tidak memperdulikannya. Aku berjalan lurus menuju tempat istirahatku. Ku rebahkan tubuhku ini, tiba-tiba teringat kenangan di RS dengan Rudi. Dia slalu menjagaku, slalu menemaniku, slalu marah jika aku membuatnya khawatir, hahaha cowok aneh. Aku tersenyum tanpa sadar. Kupandang hp yang ada di tanganku ini, R batinku.
“Kenapa senyum-senyum sendiri? Lagi mikirin aku ya?” kata seorang cowok yang sekarang di sampingku yang masih terkejut atas kehadirannya.
“Lho kok kamu bisa masuk ke sini? Tanpa permisi lagi” kataku dengan cepat.
“Habisnya aku ketok-ketok dari tadi gak ada yang nyaut. Makanya aku masuk aja. Lagian takut kamu kenapa-kenapa?” godanya sambil tertawa.
“Alah…alasan aja kamu” jawabku. Berbarengan dengan suara hapenya Rudi.
“Bentar aku angkat telpon dulu” katanya lalu menganggatnya tanpa beranjak tempatnya. “aku masih dirumah Amanda, bentar lagi aku kesana. He.em aku ngerti” katanya mengakhiri teleponnya.
“Kayaknya aku gak bisa nemenin kamu lama nich. Aku harus balik dulu” katanya
“Yup, gak masalah. Lagi pula kamu udah nemenin aku terus di RS. Gak enak aja, ngrepotin kamu. Toh kamu bukan siapa-siapa ku kan?” kataku menanggapinya.
“Kata siapa aku bukan siapa-siapa kamu? Aku tu…..” tiba-tiba hape-nya berbunyi lagi. “Sabar, bentar lagi aku meluncur” katanya tanpa meminta ijin dariku seperti tadi.
“Aduh maaf, aku harus pergi sekarang” katanya dengan cepat. Dimasukannya hape itu kedalam sakunya. Terlihat sekilas wallpaper di hp. Fotonya bersama seorang cewek. Terlihat begitu bahagia.
“Hey aku pulang dulu, kok malah nglamun?” katanya lagi sambil memegang pundakku.
“Iya….ati-ati” kataku memandang tubuhnya yang hilang dibalik pintu. Masih terlintas di benakku, siapa foto yang ada disana.
            Aku kembali merebahkan tubuhku. Mencoba menutup mataku, lagi pula dia bukan siapa-siapaku. Belum sempat aku menutup mataku, terdengar suara ketukan pintu kamarku. Mbok Inem mengantarkan amplop cokelat. “Dari siapa mbok” tannyaku singkat. “gak tau non, gak ada nama pengirimnya” kata mbok Inem. Ku buka amplop itu. Aku hanya bisa tertegun melihat isinya. Terpampang gambar-gambar wajah. Tiba-tiba kepalaku terasa sakit, hingga aku tak tau lagi apa yang terjadi.
JJJ
            Malam harinya aku mulai tersadar, waktu menunjukkan pukul setengah sebelas. Terlihat amplop itu tertata rapi di meja samping tempat tidurku, bersama hape pemberian Rudi juga hape baru pemberian orang tuaku walau aku jarang menggunakannya. Ada satu pesan darinya.

Rudi
Besok kluar ama aku yuk. Aku punya tempat yang bagus banget.J

Amanda
Kemana kita akan pergi?
Maaf baru bales.

Jawabku singkat. Tak lama ku terima balasan darinya.

Rudi
Rahasia. Pokok nya besok aku jemput kamu jam 8 pagi. Dandan yang cantik ya ….
Kemana kamu kok baru bales smsku. Aku nungguin kamu tau.

Amanda
Maaf, aku tadi tertidur.

Rudi
Iya, gakpapa kok. Ya udah udah malem nich. Nona harus istirahat. Hehehe

Amanda
Iya, makasih Rud. Met tidur dan met istirahat.

Rudi
Iya kamu juga ya J
JJJ
            Met malem sayang, met istirahat. Aku rindu kamu, rindu saat kita bersama, saat kita tertawa, saat aku menggandeng tanganmu di rintik hujan waktu itu, batin seorang cowok yang sedang duduk memandang langit yang kelam. Lampu-lampu taman menerangi beberapa sudut. Sesekali cowok ini melihat foto yang ada di hape-nya. Aku akan membuatmu mengingatnya lagi, aku tak ingin kehilanganmu, benar-benar kehilanganmu, batinnya lagi.
            Dengan nafas yang masih terengah-engah, dia mencoba bangkit. Memulai lagi pekerjaannya. Entah apa yang dia lakukan malam-malam begini. Tapi dia tak menghiraukan dingin malam yang menusuk-nusuk tulangnya. Dia terus bekerja. Akhirnya kelar juga, kata cowok ini sambil menghela nafas. Dia pun segera pulang dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.
            Suara deru motor terdengar. Waktu baru sajamenunjukkan pukul 7.30 pagi. Cowok itu turun dari motornya. Mengetuk pintu rumah berwarna cokelat muda itu.
“Ow mas Rudi. Tumben pagi banget mas” jawab seorang wanita yang umurnya gak muda lagi sambil membukakan pintu.
“Iya, mau ngajak Amanda jalan-jalan. Mumpung cuacanya bagus” jawab Rudi sambil tersenyum.
“Emangnya mau kemana mas?”
“Ada dech, mbok ini pingin tau aja. Amandanya mana mbok?”
“Non Amandanya masih mandi mas, mau minum apa mas?”
“Apa aja dech mbok”
            Rudi menunggu di ruang tamu. Dilihatnya album foto masa kecil Amanda yang ada dimeja. Waktu berjalan dengan cepat ya, batin Rudi.
“Udah lama ya” kataku
“Ndak kok, baru aja nyampek. Brangkat sekarang yuk”.
“Ok. Aku ambil tas dulu
JJJ
            Kami hanya diam. Kita sudah setengah jam , tapi masih belum sampai tujuan juga.
“Sebenernya kita mau kemana sih?” tanyakku tak sabar
“Ntar juga tau sendiri”
“Huhf lama banget. Emangnya masih jauh ya?
“Bentar lagi sampai”
“Kurang brapa lama lagi?”
“Aduh cerewet ya, sabar dikit kenapa sih. Kebiasaan banget”
“Ah….”
Rudi hanya diam. Tak setengah jam kemudian sampai di sebuah taman. Rudi memarkirkan motornya. Kami pun memasuki taman itu. Taman yang sangat luas dan indah. Banyak sekali jenis bunga disana. Aku berhenti untuk melihat bunga mawar merah yang sedang mekar. “ayo” katanya sambil manggandeng tanganku. Kita semakin memasuki taman itu. Hawanya terasa semakin sejuk. Tiba-tiba aku terkejut melihat bagian taman ini yang tertata sangat menakjubkan ini. Tertulis dengan bunga mawar merah dan putih “FOR YOU AMANDA”. Aku memandang Rudi, terlihat sekilas senyum di wajahnya.
“Indah banget” kataku
“Kamu suka?”
“Tentu saja”
“Bunga-bunga itu mekar pada waktu yang tepat”
“Tentu saja akan mekar, itu memang bunga yang sudah mekar bukan?”
“Hmmm, bagaimana kalau pernyataannya aku ganti. Bunga-bunga itu tumbuh dengan cukup baik, sehingga bisa mekar dengan indah”
Aku tertegun, “Tumbuh?” kataku kemudian.
Rudi hanya tersenyum. lalu menghampiri bunga-bunga itu. Aku menyusulnya dari belakang. Bunga-bungah itu tidak hanya tatanan cantik. Tapi bener-bener tumbuh.
“Kapan kamu membuatnya?” tanyaku penasaran.
“Kita membuatnya udah cukup lama, yuk aku masih punya tempat yang akan kita lihat” katanya sambil meninggalkan tempat itu.
“Kemana?” kataku mengikuti langkahnya.
“Bentar lagi sampai kok”
Terlihat sebuah rumah pohon. Rudi menuju ke rumah pohon itu. “Kamu naik duluan” katanya kepadaku. Rumah podon ini cukup luas. Rumah pohon ini  di kelilingi balkon, sehingga kita bisa melihat taman dari segala sudut. Aku mulai memasukinya. Didalamnya ada arak buku, meja kecil di tengah, lalu beralaskan karpet. Di dindingnya tertempel beberapa foto. Aku melihatnya. Fotoku bersama cowok yang saat ini ada didekatku. Aku memandanginya.
“Sekarang kamu mengerti kenapa aku peduli kepadamu. Kenapa aku selalu khawatir terhadapmu. Aku sayang kamu Amanda. Aku gak ingin kehilangan kamu. Aku juga ingin kamu mengingat kenangan kita walau kenangan itu tak seindah saat ini, saat kita selalu saja berantem karna hal yang kecil. Tapi itu adalah kenangan kita, yang memberi warna kepada hubungan kita. Dan tak dapat dipungkiri bahwa kita….”
“Saling menyayangi” kataku memotong perkataannya. “Aku sudah mengingatnya” kataku sambil tersenyum.
Rudi hanya terdiam, memandangiku tak percaya. “Are you seriously?”
“Of course, di tambah lagi kemarin Dita ngirimi foto tentang kita. Kenangan itu sudah terkumpul lagi ”kataku sambil ngluarin foto-foto yang ada di dalem tasku.
Rudi melihat satu persatu foto itu. Lalu menempelkan foto-foto itu di dinding rumah pohon. Ia tersenyum.
“Jangan pernah coba tinggalin aku lagi” katanya sambil memelukku.

THE END
 ~Malang, 28 April 2013~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar