“Are you oke? kata Dita mengagetkanku
sambil duduk disampingku.
“Of course” kataku singkat tanpa
mengalihkan pandanganku dari buku yang ku baca.
Dita menatapku dengan heran.
Namaku
Amanda, begitulah teman-teman biasa memanggilku. Aku mahasiswi agroekoteknologi.
Dan anak yang duduk disampingku adalah Dita, sahabatku sejak SMP. Dia adalah
mahasiswi sosiologi. Aku dan Dita satu universitas. Hari ini aku pergi ke
perpustakaan untuk mengerjakan laporan kuliahku, dia menemaniku. Maklum saja
aku anaknya gak pede-an kalau keluar
sendiri. Sebenarnya aku kesini karna banyak pikiran, dari pada suntuk di
kost-kost an mending keluar aja. Aku belum crita ke Dita kalau aku brantem ama
pacarku lagi. Ya lagi pula bukan cerita yang baru. Sudah sangat sering terjadi,
dan mungkin Dita udah bosen dengernya. Tapi hubungan ini bisa bertahan dengan
keadaan yang seperti ini.
“Yuk pulang” kataku setelah cukup lama
kami ada diperpustakaan.
“Ayo, tapi cari makan dulu yuk, udah sore
nich …..laper” katanya.
“Hehehe maaf,maaf aku kelamaan ya, pasti
kamu udah laper banget” kataku bercanda.
“He.em nich…ayo cepetan” ujarnya seraya
bangkit dari duduknya. Aku pun segera menyusulnya.
JJJ
Sesampainya di
warung Dita langsung memesan makanan untuk dirinya dan untukku. Ya maklum saja
dia tau apa makanan yang ku pesan kalau ke warung itu. Sambil menunggu makanan
aku bercerita kepadanya. Hufh jadi agak legaan walau gundahku belum hilang.
“Udahlah all will be ok. Kamu tau itu
bukan?” katanya sambil senyum.
“Entahlah, hanya bisa berharap bisa
seperti itu” kataku lesu.
“Kamu dan dia slalu bisa menyelesaikan
semuanya kan” Katanya mencoba menyemangati.
“hmm” aku hanya mengangkat bahu.
“Udah-udah tuch makanannya udah datang,
aku laper banget nich” katanya lagi.
“Iya, ayo makan” jawabku singkat.
JJJ
Beberapa saat
setelah makan kami pun pulang ke tempat kost kami, walau nge-kost aku masih
bawa motor. Sore ini hujan turun rintik-rintik, aku menyetir dengan hati-hati.
Sesampainya didepan kost aku baru inget tuk beli roti dan selai buat sarapan
besok karna persediaanku habis. Aku memutar motorku, “aku mau beli roti bentar,
kamu mau nitip apa?”
“hepitos ama oreo ya….hehehe” katanya
singkat.
“Cuma itu aja?” tanyaku memastikan.
“Iya, hati-hati jalan licin” katanya
kemudian.
“Yups” aku pun langsung brangkat.
Setelah membeli kebutuhanku, aku
cepet-cepet balik, karna gerimisnya udah semakin deras.
Tiba-tiba ada motor dari arah berlawanan
yang mendahului mobil di depannya tanpa tau ada motorku yang akan berbelok.
Braaakkkk…..
“woi-woi cepet tolongin, cepet bawa ke
RS” sahut seorang laki-laki yang tak ku kenal.
“motornya pinggirin dulu disana” sahut
lainnya.
“ayo angkut pakek mobil ini aja” sahut
lainnya lagi.
Dan aku tak sadarkan diri.
JJJ
Aku mencoba
membuka mataku. Yang kulihat hanya ruangan yang penuh dengan cahaya putih yang
menyilaukan mataku. Berlahan ku dengar hiruk pikuk suara yang terasa begitu
ramai. Suara isak tangis seseorang yang menggenggam tanganku begitu eratnya,
suara orang yang mengkhawatirkanku. Ku lihat satu per satu wajah orang yang ada
disekelilingku. Kondisiku tak cukup baik, perban ini membalut kepala, kaki dan
tanganku. Nyeri yang luar biasa ku rasakan di sekujur tubuhku. Setelah siuman
aku hanya terdiam.
“Aku
ini siapa? Orang-orang ini siapa? Kenapa aku ada disini?” kataku dalam
benakku.
“Kamu udah siumam?” kata gadis yang
menggenggap tanganku erat.
Aku hanya mengangguk, “kamu siapa?”
kataku kemudian.
“kamu ngomong apa sih? Aku kan sahabatmu
Dita. Kita temenan mulai SMP. Kamu gak ingat itu?” katanya dengan cepat dan
mencoba menahan tangisnya.
Aku hanya menggeleng. “Siapa mereka?”
tanyaku kemudian.
“Orang tuamu, adikmu, keluargamu, tak
ingatkah kamu?” katanya menjelaskan.
Aku hanya mengangguk. “Kenapa aku ada
disini?” tanyaku lagi.
“Kecelakaan. Kamu mengalami kecelakaan
kemarin sore, udah kamu istirahat aja” katanya menjawab pertanyaanku dengan
sabar.
Aku mengangguk lagi. Lalu menutup mataku.
JJJ
Keesokan
harinya Amanda melakukan scan. Dari hasil scan didapat bahwa kepala Amanda
mengalami benturan, kemungkinan itu yang menyebabkan dia tak mengingat tentang
dirinya sendiri ataupun orang lain. Amanda dipindahkan dari RS Umum ke RS Kota
agar pendapat pengobatan yang optimal. Dita membantu proses pindahan Amansa.
Dita juga merasa bersalah, kenapa ia tak melarangnya pergi padahal jalanan
licin kena hujan, malah nitip beliin makanan.
Selesai pindahan
kira-kiran jam 2 siang. Tak lama kemudian banyak teman Amanda yang datang
berkunjung. Amanda hanya bisa menatap mereka. Mencoba mencari memori yang
tertinggal. Mereka saling bercerita, namun Amanda hanya bisa diam. Tak lama
mereka disana, cuma sekitar 1 jam an.Lalu mereka
pulang.
JJJ
Di lain tempat
seorang cowok sedang kebingungan bercampur jengkel dan marah. Maklum udah 2
hari Amanda benar-benar tidak memberinya kabar. Ditambah lagi perasaannya gak
enak mulai kemarin. Dia adalah Rudi, pacar Amanda sejak 3 tahun yang lalu. Saat ini dia kuliah di
universitas yang berbeda dengan Amanda.
“Duh
kemana anak ini, masih aja kayak anak kecil. Pakek acara matiin semua hp-nya
lagi. Slalu aja seenaknya sendiri kalo lagi marahan. Slalu aja kabur dulu
sebelum nyelesaiin masalah. Ok fine kalo itu maunya” umpat Rudi dalam
hatinya.
Akhirnya
Rudi mencoba mengirim pesan ke sobatnya Amanda.
Dita
Dit, Amanda mana? Kok hp-nya mati semua.
Beberapa saat
lagi Dita membalas.
Rudi
Aku lagi di RS. Amandakecelakaan kemarin sore.
Sekarang di RS Kota, ruang Mawar no 9.
Tanpa pikir
panjang, Rudi bergegas keluar dari kamarnya, disambarya jaket dan hp-nya.
Mengeluarkan motornya yang sudah terparkir rapi di dalam rumahnya dan segera
menghilang begitu saja.
JJJ
Waktu
menunjukkan pukul 4 sore, Dita bersiap untuk pulang setelah membesuk Amanda.
Baru saja ia akan keluar ruangan dilihatnya Rudi terengah-engah karna dia terburu-buru
menuju ruangan Amanda.
“Gimana keadaannya?” sergah Rudi, belum
sempat Dita berkedip.
“Do’a kan saja semua baik-baik saja”
jawab Dita. Mengingat apa yang sebenarnya terjadi.
“Apa maksudmu? Segitu burukkah? Kamu
jangan bercanda Dita” kata Rudi tak percaya.
“Entahlah” jawab Dita acuh. Rudi bergegas
untuk masuk, digesernya Dita dari depan pintu.
“Biarkan dia beristirahat. Bisa bicara
sebentar?” Kata Dita kemudian.
“Tentu” jawab Rudi singkat.
JJJ
Setelah Dita
menceritakan kondisi Amanda kepada Rudi, Rudi hanya bisa tertunduk. Entah apa
yang ia pikirkan, perasaannya jadi campur aduk. Kenapa bisa jadi seperti ini? Tanyanya dalam hatinya. Setelah
menceritakannya pada Rudi, Dita beranjak untuk pulang. Moga kita semua di beri ketabahan, maafkan juga semua kesalahannya,
kita semua tau bagaimana Amanda itu, moga kita bisa jauh lebih mengerti dia,
hanya saja dia terlalu polos dan bodoh, bisik Dita setelah itu pergi
meninggalkan Rudi sendiri. Seakan ruangan itu terasa begitu sepi walau banyak
sekali orang yang ada disana.
Rudi berjalan
kembali keruangan Amanda. Dipandanginya gadis yang terbaring lemas dan juga
penuh luka di tubuhnya. Rudi masuk ke ruangan itu, memberi salam ke orang tua
Amanda dan keluarganya. Lalu duduk disamping tempat tidur Amanda. Digengggamnya
tangan itu dengan lembut. Dibelai rambut panjang Amanda, di pandanginya wajah
yang pucat itu. Maaf aku tak bisa
menjagamu hingga sekarang kamu jadi seperti ini. Aku janji akan lebih menjagamu
lagi, bisik Rudi kepada gadis yang terlelap itu. Ditatapnya wajah gadis
yang ada didepannya, memunculkan rasa bersalah darinya. Andai saja dia bisa
lebih sabar.
Aku terbangun
dari tidurku. Ku tatap cowok yang ada dihadapanku.
“Kamu siapa?” tanyaku kepadanya.
“Aku Rudi” jawabnya singkat.
“Apa kita udah kenal lama?” tanyaku lagi.
“Ya tentu saja. Bahkan kita sudah
mengenal sangat lama” jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya padaku.
“hhmm, sebegitu lamanya kah?”
“Iya, aku pulang dulu. Nanti aku kembali
lagi”
“Haruskah kamu kembali lagi? Siapa kamu
bagiku?”
“Kamu bisa anggap aku siapa saja yang kau
suka, asal kamu tau kamu adalah orang yang sangat berarti bagiku. Aku pulang
dulu karna ada urusan yang harus aku selesaikan” katanya sambil tersenyum
tipis.
Rudi
pun berlalu begitu saja. Aku masih memikirkannya. Siapa dia sebenarnya?
Sepertinya dia begitu peduli kepadaku.
JJJ
Aku
duduk ditempat tidurku sambil membaca novel yang Dita bawa agar aku tak bosan.
Hingga tiba-tiba ku dengar suara pintu terbuka. Rudi benar-benar datang lagi
disaat yang tepat. Yach…maklum saja aku bilang begini karna aku di RS
sendirian. Orangtuaku sibuk dengan urusannya sendiri. Dita pun tak bisa datang
untuk menemaniku.
“Apa yang kamu bawa itu?” tanyaku ketika
melihatnya masuk.
“Hanya beberapa buah apel merah” jawabnya
singkat, “kesukaanmu” tambahnya kemudian.
“Kesukaanku?” tanyaku heran.
“Iya. Aku kupasin untukmu” katanya seraya
duduk di samping tempat tidurku.
Melihatnya
sibuk mengupas apel tiba-tiba aku tersenyum. Dia terlihat begitu manis. Begitu
tenang dan nyaman ada dia didekatku. Sesaat dia menoleh ke arahku. Aku pun
langsung mengalihkan pandanganku ke buku yang ada di pangkuanku.
“Kenapa?” tanyanya tiba-tiba.
“Gak papa kok” jawabku gugup.
“Kenapa dari tadi kamu liatin aku?
Emangnya aku ada yang aneh ya?”
“Gak ada kok hehehe”
“Itu malah ketawa. Emangnya diwajahku ada
yang aneh?”
“Gak ada Rud, suwer dech…”
“Bener nich…awas aja bo’ong”
“Emangnya aku mau kamu apain kalau
bo’ong?”
Tiba-tiba Rudi terdiam. Teringat apa yang
terjadi. “udah ah, nich apelnya” katanya akan menyuapiku.
“Aku bisa makan sendiri kok. Lagi pula
aku bukan anak kecil yang harus disuapi bukan?”
“Kamu sakit, jadi aku suapin”
Akhirnya aku
menurut saja ia suapin. Ku pandang wajahnya sesaat, terlihat wajah khawatirnya
yang dia coba tutupi tapi juga ada persaan lega. Aku tak mengerti.
“Aku besok dateng agak siang karna ada
kuliah pagi” katanya memecah keheningan.
“Iya, kenapa kamu mengatakannya
padaku?Toh terserah kamu mau kesini atau tidak, bukan?” tanyaku heran.
“Ya gakpapa, aku akan slalu menemanimu”
“Aku gak mengerti apa maksudmu
mengucapkan semua ini?”
“Udah, kamu tu masih sakit jangan banyak
mikir dulu. Ini pakai hp ini, hp-mu masih belum balik kan?”
“He.em. untuk apa ini? Lalu gimana
denganmu?”
“Agar aku bisa mengetahui kondisimu
setiap saat. Aku ada hp yang lain. Disini udah ada no hp yang ku bawa, dan
hanya ada satu kontak disini, cuma kontakku aja. Kamu paham?”
“Aduh apaan sich, udah maksa masih ada
peraturan tambahannya lagi. Mending gak usah aja”
“Udah jangan banyak protes. Udah malem,
cepet tidur. Aku akan nungguin kamu sampai kamu tidur”
Aku mulai berbaring di
ranjangku. “makasih” kataku singkat sambil tersenyum.
“Iya” kataya sambil
menggandeng tanganku. Aku pun mulai memajamkan mataku, hingga aku terlelap
dalam tidurku. “Met tidur dan met
istirahat sayang” bisiknya dan mencium keningku saat akan meninggalkanku.
JJJ
“Aku
gak mungkin ninggalin Amanda sendirian” batin
Rudi. “Aku harus sms Dita, mungkin aja
dia bisa jagain dulu sampai aku datang. Ya paling gak Amanda gak sendirian
lama-lama” batinnya lagi.
Dita
Aku besok ada kuliah pagi, bisa jagain Amanda dulu
gak?
Beberapa saat
kemudian Dita membalas.
Rudi
Ya tentu aja. Tapi Cuma sampai jam 10.30 coz aku harus
ke kampus.
Balas Rudi
lagi.
Dita
Ya gakpapa, thanks ya.
JJJ
Pagi hari saat
aku terbangung. Kulihat ruangan ini begitu sepi. Ada perawat yang masuk ke
kamar untuk melihat kondisiku. Dan juga membawa obat dan makanan. Tak lama Dita
datang. Membawa buku-buku lain untuk ku baca.
“Pagi….udah enakan non?” sapanya.
“Iya, udah lumayan kok” jawabku.
“Habis ada tamu ya?” Tanya Dita
“Ndak kok, semalem ada Rudi” jawabku.
“Ow pantes aja” kata Dita
“Kenapa?” tanyaku heran
“Gakpapa kok” jawabnya singkat
“Rudi itu orang baik ya” kataku sambil
tersenyum. Baru saja aku bicara seperti itu, hp dari Rudi berbunyi.
Rudi
Pagi sayangku yang cantik, udah bangun belum.Moga
harimu indah selalu.
Aku brangkat ke kampus dulu.
Aku balas
sms-nya.
Amanda
Pagi-pagi udah ngegombal aja. Pakek panggil
sayang-sayang segala lagi.
Moga harimu indah juga. Ati-ati di jalan.
Tak lama ia
membalas smsnya.
Aku slalu ati-ati kok. See you :*
“Dasar aneh”
kataku sambil memandang layar hp ini.
“Rudi…hehehe”
jawabku
“Pantes aja aku
gk asing liat hp yang kamu bawa”
“Kamu kenal
dia juga?” tanyaku
“Iya kita
dulu satu sekolah saat SMA, tipe anak yang slalu aktif dan banyak penggemarnya,
seperti itu lah dia”
“Sungguh? Apa
sekarang dia juga masih sibuk terus?”
“Setauku
iya.”
“Tapi dia ada
waktu untuk menemaniku?”
“Untukmu apa
sich yang enggak” kata Dita sambil tertawa.
“Eh dari tadi
kamu bilang “pantes aja” emangnya kenapa?”
“Ya gak heran
aja non, dia kan yang paling ngertiin kamu”
“Maksudnya?”
tanyaku heran
“Udah ntar
kamu juga akan tau sendiri. Oups aku harus balik ke kampus nich. Kamu gakpapa
kan aku tingggal dulu”
“Iya gakpapa
kok, toh banyak perawat disini”
“Ya udah, aku
pergi dulu ya”
“Iya ati-ati”
JJJ
Langit
terlihat cukup cerah. Aku memutuskan untuk pergi ketaman dengan didampingi
perawat. Udaranya sangat sejuk dibandingkan dengan di dalam kamar. Banyak bunga
yang mekar, ada juga burung-burung yang hinggap didahan pohon untuk
beristirahat ataupun lebah-lebah madu yang mencari nectar. Tak jauh dari
tempatku berada, aku melihat Rudi menuju ke arahku. Dia terengah-engah di
depanku.
“Bisa gak sich kalo pergi-pergi hp-nya di
bawa. Kamu tu kebiasaan banget sich. Seneng banget buat orang khawatir,
ngertiin perasaan orang dikit kenapa sich?” sergahnya kepadaku yang
tak mengerti apa-apa.
“Maaf aku gak tau kalau kamu bisa semarah
ini padaku” ucapku lesu
“Hufh…lain kali jangan bikin orang
khawatir.”
“Kok bisa sekhawatir ini?”
“Bagaimana aku gak khawatir, saat aku
datang ke ruanganmu, ruanganmu dalam keadaan kosong. Dan hp ini ada diatas
meja” katanya sambil mengeluarkan hp dari saku celananya yang sekarang ada
gantungan dengan huruf R.
“Makasih” kataku singkat setelah menerima
hp itu lagi.
“Auww” kataku ketika jariku tertusuk duri
mawar yang akan ku petik. Rudi langsung menghisap jariku agar darahnya gak
kluar.
“Kamu itu ngapain sich, gak bisa gak buat
orang khawatir ya” katanya kemudian
“Maaf. Aku Cuma ingin metik mawar itu”
“Kamu kan bisa minta tolong ke aku”
“Iya-iya lain kali aku bilang. Maaf
jangan marah-marah terus dong, ntar cepet tua lho” gurauku
“Kamu tuch yang buat” tapi ahkirnya ia
tersenyum juga.
Kami pun kembali keruangan karna hari
udah cukup terik. Ia mendorong kursi roda ini ke kamarku tanpa mengeluh.
JJJ
Beberapa
waktu berlalu. Akhirnya aku diperbolehkan pulang. Orang tuaku menjemputku, ada
juga Dita dan Rudi yang datang ke RS sebelum aku pulang. Sesampainya di rumah
terlihat ada beberapa orang yang menungguku. Begitu ramai disini, tapi aku
tidak memperdulikannya. Aku berjalan lurus menuju tempat istirahatku. Ku
rebahkan tubuhku ini, tiba-tiba teringat kenangan di RS dengan Rudi. Dia slalu
menjagaku, slalu menemaniku, slalu marah jika aku membuatnya khawatir, hahaha
cowok aneh. Aku tersenyum tanpa sadar. Kupandang hp yang ada di tanganku ini, R batinku.
“Kenapa senyum-senyum sendiri? Lagi
mikirin aku ya?” kata seorang cowok yang sekarang di sampingku yang masih
terkejut atas kehadirannya.
“Lho kok kamu bisa masuk ke sini? Tanpa
permisi lagi” kataku dengan cepat.
“Habisnya aku ketok-ketok dari tadi gak
ada yang nyaut. Makanya aku masuk aja. Lagian takut kamu kenapa-kenapa?”
godanya sambil tertawa.
“Alah…alasan aja kamu” jawabku.
Berbarengan dengan suara hapenya Rudi.
“Bentar aku angkat telpon dulu” katanya
lalu menganggatnya tanpa beranjak tempatnya. “aku masih dirumah Amanda, bentar lagi aku kesana. He.em aku ngerti”
katanya mengakhiri teleponnya.
“Kayaknya aku gak bisa nemenin kamu lama
nich. Aku harus balik dulu” katanya
“Yup, gak masalah. Lagi pula kamu udah
nemenin aku terus di RS. Gak enak aja, ngrepotin kamu. Toh kamu bukan siapa-siapa
ku kan?” kataku menanggapinya.
“Kata siapa aku bukan siapa-siapa kamu?
Aku tu…..” tiba-tiba hape-nya
berbunyi lagi. “Sabar, bentar lagi aku
meluncur” katanya tanpa meminta ijin dariku seperti tadi.
“Aduh maaf, aku harus pergi sekarang”
katanya dengan cepat. Dimasukannya hape itu kedalam sakunya. Terlihat sekilas
wallpaper di hp. Fotonya bersama seorang cewek. Terlihat begitu bahagia.
“Hey aku pulang dulu, kok malah nglamun?”
katanya lagi sambil memegang pundakku.
“Iya….ati-ati” kataku memandang tubuhnya
yang hilang dibalik pintu. Masih terlintas di benakku, siapa foto yang ada
disana.
Aku
kembali merebahkan tubuhku. Mencoba menutup mataku, lagi pula dia bukan
siapa-siapaku. Belum sempat aku menutup mataku, terdengar suara ketukan pintu
kamarku. Mbok Inem mengantarkan amplop cokelat. “Dari siapa mbok” tannyaku
singkat. “gak tau non, gak ada nama pengirimnya” kata mbok Inem. Ku buka amplop
itu. Aku hanya bisa tertegun melihat isinya. Terpampang gambar-gambar wajah.
Tiba-tiba kepalaku terasa sakit, hingga aku tak tau lagi apa yang terjadi.
JJJ
Malam
harinya aku mulai tersadar, waktu menunjukkan pukul setengah sebelas. Terlihat
amplop itu tertata rapi di meja samping tempat tidurku, bersama hape pemberian Rudi
juga hape baru pemberian orang tuaku walau aku jarang menggunakannya. Ada satu
pesan darinya.
Rudi
Besok kluar
ama aku yuk. Aku punya tempat yang bagus banget.J
Amanda
Kemana kita
akan pergi?
Maaf baru
bales.
Jawabku
singkat. Tak lama ku terima balasan darinya.
Rudi
Rahasia.
Pokok nya besok aku jemput kamu jam 8 pagi. Dandan yang cantik ya ….
Kemana kamu
kok baru bales smsku. Aku nungguin kamu tau.
Amanda
Maaf, aku
tadi tertidur.
Rudi
Iya, gakpapa
kok. Ya udah udah malem nich. Nona harus istirahat. Hehehe
Amanda
Iya, makasih
Rud. Met tidur dan met istirahat.
Rudi
Iya kamu juga
ya J
JJJ
Met malem sayang, met istirahat. Aku rindu
kamu, rindu saat kita bersama, saat kita tertawa, saat aku menggandeng tanganmu
di rintik hujan waktu itu, batin seorang cowok yang sedang duduk memandang
langit yang kelam. Lampu-lampu taman menerangi beberapa sudut. Sesekali cowok
ini melihat foto yang ada di hape-nya. Aku
akan membuatmu mengingatnya lagi, aku tak ingin kehilanganmu, benar-benar
kehilanganmu, batinnya lagi.
Dengan
nafas yang masih terengah-engah, dia mencoba bangkit. Memulai lagi
pekerjaannya. Entah apa yang dia lakukan malam-malam begini. Tapi dia tak
menghiraukan dingin malam yang menusuk-nusuk tulangnya. Dia terus bekerja. Akhirnya kelar juga, kata cowok ini
sambil menghela nafas. Dia pun segera pulang dengan senyuman yang menghiasi
wajahnya.
Suara
deru motor terdengar. Waktu baru sajamenunjukkan pukul 7.30 pagi. Cowok itu
turun dari motornya. Mengetuk pintu rumah berwarna cokelat muda itu.
“Ow mas Rudi. Tumben pagi banget mas”
jawab seorang wanita yang umurnya gak muda lagi sambil membukakan pintu.
“Iya, mau ngajak Amanda jalan-jalan.
Mumpung cuacanya bagus” jawab Rudi sambil tersenyum.
“Emangnya mau kemana mas?”
“Ada dech, mbok ini pingin tau aja. Amandanya
mana mbok?”
“Non Amandanya masih mandi mas, mau minum
apa mas?”
“Apa aja dech mbok”
Rudi
menunggu di ruang tamu. Dilihatnya album foto masa kecil Amanda yang ada
dimeja. Waktu berjalan dengan cepat ya, batin Rudi.
“Udah lama ya” kataku
“Ndak kok, baru aja nyampek. Brangkat
sekarang yuk”.
“Ok. Aku ambil
tas dulu
JJJ
Kami
hanya diam. Kita sudah setengah jam , tapi masih belum sampai tujuan juga.
“Sebenernya kita mau kemana sih?”
tanyakku tak sabar
“Ntar juga tau sendiri”
“Huhf lama banget. Emangnya masih jauh
ya?
“Bentar lagi sampai”
“Kurang brapa lama lagi?”
“Aduh cerewet ya, sabar dikit kenapa sih.
Kebiasaan banget”
“Ah….”
Rudi hanya diam. Tak setengah jam
kemudian sampai di sebuah taman. Rudi memarkirkan motornya. Kami pun memasuki
taman itu. Taman yang sangat luas dan indah. Banyak sekali jenis bunga disana.
Aku berhenti untuk melihat bunga mawar merah yang sedang mekar. “ayo” katanya
sambil manggandeng tanganku. Kita semakin memasuki taman itu. Hawanya terasa
semakin sejuk. Tiba-tiba aku terkejut melihat bagian taman ini yang tertata
sangat menakjubkan ini. Tertulis dengan bunga mawar merah dan putih “FOR YOU AMANDA”.
Aku memandang Rudi, terlihat sekilas senyum di wajahnya.
“Indah banget” kataku
“Kamu suka?”
“Tentu saja”
“Bunga-bunga itu mekar pada waktu yang
tepat”
“Tentu saja akan mekar, itu memang bunga
yang sudah mekar bukan?”
“Hmmm, bagaimana kalau pernyataannya aku
ganti. Bunga-bunga itu tumbuh dengan cukup baik, sehingga bisa mekar dengan
indah”
Aku tertegun, “Tumbuh?” kataku kemudian.
Rudi hanya tersenyum. lalu menghampiri
bunga-bunga itu. Aku menyusulnya dari belakang. Bunga-bungah itu tidak hanya
tatanan cantik. Tapi bener-bener tumbuh.
“Kapan kamu membuatnya?” tanyaku
penasaran.
“Kita membuatnya udah cukup lama, yuk aku
masih punya tempat yang akan kita lihat” katanya sambil meninggalkan tempat
itu.
“Kemana?” kataku mengikuti langkahnya.
“Bentar lagi sampai kok”
Terlihat sebuah rumah pohon. Rudi menuju
ke rumah pohon itu. “Kamu naik duluan” katanya kepadaku. Rumah podon ini cukup
luas. Rumah pohon ini di kelilingi
balkon, sehingga kita bisa melihat taman dari segala sudut. Aku mulai
memasukinya. Didalamnya ada arak buku, meja kecil di tengah, lalu beralaskan
karpet. Di dindingnya tertempel beberapa foto. Aku melihatnya. Fotoku bersama cowok
yang saat ini ada didekatku. Aku memandanginya.
“Sekarang kamu mengerti kenapa aku peduli
kepadamu. Kenapa aku selalu khawatir terhadapmu. Aku sayang kamu Amanda. Aku
gak ingin kehilangan kamu. Aku juga ingin kamu mengingat kenangan kita walau
kenangan itu tak seindah saat ini, saat kita selalu saja berantem karna hal
yang kecil. Tapi itu adalah kenangan kita, yang memberi warna kepada hubungan
kita. Dan tak dapat dipungkiri bahwa kita….”
“Saling menyayangi” kataku memotong
perkataannya. “Aku sudah mengingatnya” kataku sambil tersenyum.
Rudi hanya terdiam, memandangiku tak
percaya. “Are you seriously?”
“Of course, di tambah lagi kemarin Dita
ngirimi foto tentang kita. Kenangan itu sudah terkumpul lagi ”kataku sambil
ngluarin foto-foto yang ada di dalem tasku.
Rudi melihat satu persatu foto itu. Lalu
menempelkan foto-foto itu di dinding rumah pohon. Ia tersenyum.
“Jangan pernah coba tinggalin aku lagi”
katanya sambil memelukku.
THE
END
~Malang, 28 April 2013~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar