Senin, 24 November 2014

Aku Sayang Kamu


“aku sayang kamu, Dicky”
Tiba-tiba ku terbangun. Sedikit demi sedikit mataku mulai menatap tempat asing ini “dimana aku” batinku. Terasa nyeri kepala ini, dan infus yang terpasang di tangan kiriku memberitahuku bahwa aku berada di rumah sakit. Ku tebarkan pandanganku ke sekeliling kamar yang tak begitu luas ini. Huh begitu sepi sekali.
Tak lama terdengar suara pintu terbuka. Dan suara lembut terdengar “akhirnya kau bangun juga, tak capek kah kau tidur begitu lamanya?”. Ku kenali suara itu, sahabatku di kampus, Natan. Ku hanya tersenyum melihatnya.
“apa yang terjadi? Kenapa ku bisa ada ditempat ini?” tanyaku saat dia duduk di kursi samping tempat tidurku.
“kau pikir apa?” jawabnya singkat.
“entahlah” jawabku singkat sembari rebahan dikasur lagi. Natan hanya mendangiku, seakan dia ingin mengungkapkan sesuatu. “kenapa kau meliatku aku seperti itu?” tanyaku pada akhirnya karna tak tahan dia melihatku seperti itu.
“tak apa, aku akan keluar sebentar. Kamu ingin apa?” Tanyanya dan mulai berdiri. Aku hanya menggelem. Dan dia mulai berlalu.



Natan berjalan menyusuri koridor, hingga ia duduk di salah satu bangku kosong menghadap taman. Di pandanginya foto yang ada di hp nya. Ada 4 orang di dalam foto itu, 2 orang cowok dan 2 orang cewek. Terlihat begitu bahagia. “terima kasih kau telah menyelamatkannya, walau dia sekarang masih belum bisa mengingatmu. Dan aku akan menjaganya untukmu.” kata nya dalam hati. Hanya bisa memandangi dengan rasa yang tak bisa terungkapkan dengan kata-kata.  Akhirnya Natan beranjak dari tempat duduk itu menuju minimarket yang ada disekitar rumah sakit itu.

Didalam kamar itu, ku pandangi langit-langit yang di cat dengan warna putih. Apa yang sebenarnya terjadi? Malam itu ku kendarai motorku, dan ku lihat sorot lampu yang sangat terang lalu ku tak ingat apa-apa lagi. “bodoh, apa yang sebenarnya terjadi?” makiku pada diriku sendiri, seakan ada rasa sesal yang sangat dalam. Ku pandangi kiri kananku, mencari benda yang biasa ku bawa kemanapun aku pergi. Ku mulai membuka laci-laci yang ada di samping tempat tidurku. Hingga terdengar suara pintu terbuka. Terlihat Natan membawa kantong berisi makanan.
“aku sudah memberi tahu orang tuamu, dan mereka akan tiba 1 minggu lagi karena sekarang ada di Singapore” kata natan saat melihatku.
“dimana hp ku?” tanyaku menghiraukan pernyataannya sebelumnya.
“huh kau ini” dikeluarkannya hp dari sakunya. “buat apa sih, urusi kepalamu dulu sana” kata natan jengkel.
“gakpapa, takut aja kau jual…. Lho…?” kataku sambil mengecek hp yang baru saja ku terima.
“karna kejadian kemarin hpmu harus di reset. Dan juga kenapa penuh dengan hal yang gak penting?” katanya cepat.
Aku hanya diam…masih mencoba mencari sesuatu yang bisa ku temukan. Hanya ada beberapa foto dan lagu yang tersisa. “apa hanya ini?” batinku.
“lusa kau sudah boleh pulang, aku juga sudah menyiapkan tugas-tugas yang harus kamu kumpulkan karna kau sudah beberapa hari tak kuliah” sambung natan.
“apa hanya ini saja?” tanyaku sambil menunjukkan hp yang ku pegang. Natan hanya mengangguk.

Beberapa hari kemudian…..
Ku mulai jalani aktivitasku lagi. Kuliah, nongkrong dan tugas. Tak ada yang istimewa. Tak sengaja ku lewati mading, tertarik oleh kertas berwarna pink yang tertempel rapi. “Kertas itu sudah lama tertempel disitu, kenapa belum juga di ganti?” Batinku. Ku hampiri, dan ternyata isinya sebuah puisi. Ku keluarkan hp di sakuku dan memotretnya, lalu hp itu kembali ke tempatnya semula. Ku tetap disana, mulai membaca puisi itu dan tiba-tiba kurasakan tepukan keras di pundakku.
“sedang apa kamu disini, ayo makan aku sudah laper banget” suara natan.
“gakpapa….ayo” jawabku singkat. Natan melihat kertas pink itu sekilas dan berbalik menuju kantin. Ada yang aneh saat natan melihat kertas itu, kenapa?

Malam harinya, aku pergi bersama teman-teman. Untuk menghabiskan malam.
“eh kamu udah ngerjain tugas dari pak eko?” Tanya Raffi saat kita nongkrong disebuah café
“Aduh aku lupa, kau udah?” celetuk Dino
“Belum lah, makanya aku tanya kalian” jawab Raffi lagi
“Coba aja dia masih ada pasti….”kata Dino
“Sssttt apaan sih kamu” kata Natan tiba-tiba
“Kenapa?” tanyaku bingung
“Bukan apa-apa kok” jawab Raffi sambil cengengesan. “dasar lu itu Din” tambahnya
“Terus kapan mulai ngerjain? Kan besok udah dikumpulin” kata Dino
“Gue udah kok, mau? Beliin gue makan dulu” jawabku.
“Kahaha gampang bisa diatur” jawab Raffi

Ku pandangi sebuah foto dalam handphone ku. Sebuah kertas berwarna pink dengan sederetan kata yang terangkai manis.
Aku sayang kamu
Bahkan saat matahari enggan menampakkan wujudnya
Aku sayang kamu
Walau langit menangis dengan semangatnya
Aku sayang kamu
Meski hembusan angin terus memberontak
Aku sayang kamu
Walau air berubah menjadi ganas
Aku sayang kamu
Walau bumi tak mau menerimamu
By Rosela

Sepenggal puisi yang membuat beban di dalam jiwa ini. Tanpa sadar air mata menetes “sial, kenapa aku ini” makiku terhadap diriku sendiri, segera ku ke kamar mandi dan membasuh mukaku. “Apa yang sebenarnya terjadi?” batinku saat memandang wajah melalui cermin. Ku langkahkan kakiku menuju tempat tidurku dan ku hempaskan tubuh ini begitu saja.

“aku sayang kamu, apakah kamu sayang aku dicky?” tanya seseorang wanita yang wajahnya tak aku kenali. “ya aku juga menyayangimu ……”
Tiba2 aku terbangun dari tidurku. Lagi-lagi mimpi itu. Siapa dia? Aku belum sempat mengucapkan namanya. Rasanya aku begitu merindunya. Siapa dia?

***

Hari minggu yang cerah, Natam mengajakku jalan ke salah satu mall untuk membelikan hadiah pacarnya yang sedang ulang tahun minggu depan. Walau sedikit malas aku pun menemaninya. 2 jam berlalu, aku pun mengajaknya untuk makan di salah satu restoran cepat saji.
“kau mau makan apa?” tanyaku pada Natan
“burger tambah kentang ya” jawabnya sambil senyum
Aku pun memesan makanan “2 burger, kentang dan es krim”
“ice cream?” kata Natan terkejut
Seakan baru sadar tentang pesanan yang aku sebut, aku hanya diam.”kenapa pesan ice cream? Seakan aku biasa memesannya sehingga kata-kata itu begitu saja terucap” batinku.
Kami mulai makan, dalam diam. Sibuk dengan pikiran sendiri-sendiri.
“aku ingin menceritakan sesuatu” kataku membuka pembicaraan. “bisakah kau mendengarkannya setelah mencari kado? Kita bicara di rumah” lanjutku
“baiklah” kata Natan dengan mengerutkan kening.

Sesampainya di rumah, aku duduk diam di sofa. Menunduk dan mimikirkna apakah keputusanku tepat. Hanya saja, Ntan pasti tau masalaluku. Dia sahabatku.
“ehmmm Natan, akhir-akhir ini aku mimpi aneh” akhirnya kata-kataku keluar.
“mimpi? Mimpi apa?” tanya Natan heran
“seorang gadis, tersenyum memandangku. Dia terlihat manis” jawabku sembari tersenyum pilu. Aku menunduk, menatap jemariku.
“apakah kamu ingin segera diingat? Agar kamu bisa tenang disana” batin Natan mulai berkecambuk. “Apakah ini waktu yang tepat untuk menceritakannya, tapi jika Dicky sudah mulai menanyakannya seperti ini seharusnya...” lamunan Natan.
“Natan, apakah kau tau sesuatu? Tentang seseorang yang ada di masa laluku sebelum aku kehilangan ingatan ini. Natan aku mohon, ceritakan padaku” kataku dengan menatap Natan.
“namanya rosella, gadis yang manis, baik, pintar. Dia memiliki banyak teman, bahkan banyak yang menyukainya. Dia memiliki seorang yang begitu ia sayang selain kedua orang tuanya tentunya, orang yang ada di sampingnya 3 tahun ini, yaitu kamu” penjelasan Natan yang tiba-tiba berhenti. Dia menatapku, tatapan yang tak mampu untuk diartikan. “dia sudah meninggal” lanjutnya.
Satu kalimat yang serasa menyesakkan dadaku. Seketika aku tertunduk, diam. Memejamkan mataku, mencoba menguasai diri.
“beberapa waktu lalu, sebelum kamu kecelakaan yang menghilangkan sebagian ingatanmu” lanjut Natan.
Aku beranjak dari tempat dudukku “antar aku, ke makamnya” kataku.

30 menit kemudian
Aku menatap batu nisan itu. Menaburkan bunga mawar putih.
“bagaimapun juga kamu harus melanjutkan hidup” suara yang lembut, aku mengingatnya. Orang yang selama 3 tahun ada disampingku.
“maaf dan terimakasih” kata yang tiba-tiba terucap dari mulutku
Natan menepuk pundakku “sudah mulai gelap, ayo pulang”
Sesampainya dirumah, Natan memberiku memori card. Dan melanjutkan perjalanan pulangnya.

Aku merebahkan tubuh di kamar. Menatap langit-langit dengan tatapan kosong. “kamu ingin segera diingat agar bisa segera tenang disana, benarkan rosella” kataku lirih. Selirih hembusan angin. “lalu sekarang bagaimana aku tanpamu?” pertanyaan yang tak akan terjawab. Sepi. Aku mulai membuka memori card yang di berikan Natan. Berisi foto seorang wanita, begitu manis. Dan beberapa foto lain, menggambarkan aku dan dia, terlihat begitu bahagia. Selanjutnya aku melihat folder music, berisi lagu yang dia sukai, ya setidaknya yang biasa dia dengar. Di folder video, ada video ulangtahunnya, saat aku membuat kejuatan untuknya. Disisi lain, ada catatan-catatan tentang aku dan dia, tentang tugas kuliah, atau beberapa hal yang perlu dia catat. Aku tenggelam ke masa lalu, saat aku dan dia bersama, tentang semua kenangan tentang kita. Hingga aku tertidur saat mendengarkan lagu yang ada di memori card itu.

“bagaimanapun juga kamu harus melanjutkan hidup” katanya sambil tersenyum.
“ta…tapi..” kataku yang terpotong olehnya
“kamu harus melanjutkan hidup, aku slalu ada di sampingmu, aku ada di hatimu, aku tak akan meninggalkanmu. Hiduplah dengan tenang, agar juga tenang disini. berjanjilah” ucapnya dengan tenang
“aku…aku berjanji” kataku akhirnya.
“terimakasih, aku menyayangimu” katanya sembari memelukku untuk beberapa saat. Dia mulai berjalan kea rah cayaha yang terang. Sangat terang. Dan aku hanya bisa menatap kepergiannya.
Tiba-tiba aku terbangun dari tidurku. “aku berjanji rosella” kataku mengulangi kata yang terucap dalam mimpiku. “terima kasih untuk waktu yang berharga ini, terima kasih telah menemaniku, terima kasih untuk segalanya” ucapku dengan tulus.

TamaT

~Malang, 04 September 2014~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar