“aku sayang kamu, Dicky”
Tiba-tiba ku terbangun. Sedikit demi
sedikit mataku mulai menatap tempat asing ini “dimana aku” batinku. Terasa nyeri kepala ini, dan infus yang
terpasang di tangan kiriku memberitahuku bahwa aku berada di rumah sakit. Ku
tebarkan pandanganku ke sekeliling kamar yang tak begitu luas ini. Huh begitu
sepi sekali.
Tak lama terdengar suara pintu terbuka.
Dan suara lembut terdengar “akhirnya kau bangun juga, tak capek kah kau tidur
begitu lamanya?”. Ku kenali suara itu, sahabatku di kampus, Natan. Ku hanya
tersenyum melihatnya.
“apa yang terjadi? Kenapa ku bisa ada
ditempat ini?” tanyaku saat dia duduk di kursi samping tempat tidurku.
“kau pikir apa?” jawabnya singkat.
“entahlah” jawabku singkat sembari
rebahan dikasur lagi. Natan hanya mendangiku, seakan dia ingin mengungkapkan
sesuatu. “kenapa kau meliatku aku seperti itu?” tanyaku pada akhirnya karna tak
tahan dia melihatku seperti itu.
“tak apa, aku akan keluar sebentar. Kamu
ingin apa?” Tanyanya dan mulai berdiri. Aku hanya menggelem. Dan dia mulai
berlalu.
Natan berjalan menyusuri koridor, hingga
ia duduk di salah satu bangku kosong menghadap taman. Di pandanginya foto yang
ada di hp nya. Ada 4 orang di dalam foto itu, 2 orang cowok dan 2 orang cewek.
Terlihat begitu bahagia. “terima kasih kau telah menyelamatkannya, walau dia
sekarang masih belum bisa mengingatmu. Dan aku akan menjaganya untukmu.” kata
nya dalam hati. Hanya bisa memandangi dengan rasa yang tak bisa terungkapkan
dengan kata-kata. Akhirnya Natan
beranjak dari tempat duduk itu menuju minimarket yang ada disekitar rumah sakit
itu.
Didalam kamar itu, ku pandangi
langit-langit yang di cat dengan warna putih. Apa yang sebenarnya terjadi?
Malam itu ku kendarai motorku, dan ku lihat sorot lampu yang sangat terang lalu
ku tak ingat apa-apa lagi. “bodoh, apa yang sebenarnya terjadi?” makiku pada
diriku sendiri, seakan ada rasa sesal yang sangat dalam. Ku pandangi kiri
kananku, mencari benda yang biasa ku bawa kemanapun aku pergi. Ku mulai membuka
laci-laci yang ada di samping tempat tidurku. Hingga terdengar suara pintu
terbuka. Terlihat Natan membawa kantong berisi makanan.
“aku sudah memberi tahu orang tuamu, dan
mereka akan tiba 1 minggu lagi karena sekarang ada di Singapore” kata natan
saat melihatku.
“dimana hp ku?” tanyaku menghiraukan
pernyataannya sebelumnya.
“huh kau ini” dikeluarkannya hp dari
sakunya. “buat apa sih, urusi kepalamu dulu sana” kata natan jengkel.
“gakpapa, takut aja kau jual…. Lho…?”
kataku sambil mengecek hp yang baru saja ku terima.
“karna kejadian kemarin hpmu harus di
reset. Dan juga kenapa penuh dengan hal yang gak penting?” katanya cepat.
Aku hanya diam…masih mencoba mencari
sesuatu yang bisa ku temukan. Hanya ada beberapa foto dan lagu yang tersisa.
“apa hanya ini?” batinku.
“lusa kau sudah boleh pulang, aku juga
sudah menyiapkan tugas-tugas yang harus kamu kumpulkan karna kau sudah beberapa
hari tak kuliah” sambung natan.
“apa hanya ini saja?” tanyaku sambil
menunjukkan hp yang ku pegang. Natan hanya mengangguk.
Beberapa hari kemudian…..
Ku mulai jalani aktivitasku lagi.
Kuliah, nongkrong dan tugas. Tak ada yang istimewa. Tak sengaja ku lewati
mading, tertarik oleh kertas berwarna pink yang tertempel rapi. “Kertas itu sudah lama tertempel disitu,
kenapa belum juga di ganti?” Batinku. Ku hampiri, dan ternyata isinya
sebuah puisi. Ku keluarkan hp di sakuku dan memotretnya, lalu hp itu kembali ke
tempatnya semula. Ku tetap disana, mulai membaca puisi itu dan tiba-tiba
kurasakan tepukan keras di pundakku.
“sedang apa kamu disini, ayo makan aku
sudah laper banget” suara natan.
“gakpapa….ayo” jawabku singkat. Natan
melihat kertas pink itu sekilas dan berbalik menuju kantin. Ada yang aneh saat
natan melihat kertas itu, kenapa?
Malam harinya, aku pergi bersama
teman-teman. Untuk menghabiskan malam.
“Aduh aku lupa, kau udah?” celetuk Dino
“Belum lah, makanya aku tanya kalian”
jawab Raffi lagi
“Coba aja dia masih ada pasti….”kata
Dino
“Sssttt apaan sih kamu” kata Natan
tiba-tiba
“Kenapa?” tanyaku bingung
“Bukan apa-apa kok” jawab Raffi sambil
cengengesan. “dasar lu itu Din” tambahnya
“Terus kapan mulai ngerjain? Kan besok
udah dikumpulin” kata Dino
“Gue udah kok, mau? Beliin gue makan
dulu” jawabku.
“Kahaha gampang bisa diatur” jawab Raffi
Ku pandangi sebuah foto dalam handphone
ku. Sebuah kertas berwarna pink dengan sederetan kata yang terangkai manis.
Aku
sayang kamu
Bahkan
saat matahari enggan menampakkan wujudnya
Aku
sayang kamu
Walau
langit menangis dengan semangatnya
Aku
sayang kamu
Meski
hembusan angin terus memberontak
Aku
sayang kamu
Walau
air berubah menjadi ganas
Aku
sayang kamu
Walau
bumi tak mau menerimamu
By
Rosela
Sepenggal puisi yang membuat beban di
dalam jiwa ini. Tanpa sadar air mata menetes “sial, kenapa aku ini” makiku
terhadap diriku sendiri, segera ku ke kamar mandi dan membasuh mukaku. “Apa
yang sebenarnya terjadi?” batinku saat memandang wajah melalui cermin. Ku
langkahkan kakiku menuju tempat tidurku dan ku hempaskan tubuh ini begitu saja.
“aku sayang kamu, apakah kamu sayang aku
dicky?” tanya seseorang wanita yang wajahnya tak aku kenali. “ya aku juga
menyayangimu ……”
Tiba2 aku terbangun dari tidurku.
Lagi-lagi mimpi itu. Siapa dia? Aku belum sempat mengucapkan namanya. Rasanya
aku begitu merindunya. Siapa dia?
***
Hari minggu yang cerah, Natam mengajakku
jalan ke salah satu mall untuk membelikan hadiah pacarnya yang sedang ulang
tahun minggu depan. Walau sedikit malas aku pun menemaninya. 2 jam berlalu, aku
pun mengajaknya untuk makan di salah satu restoran cepat saji.
“kau mau makan apa?” tanyaku pada Natan
“burger tambah kentang ya” jawabnya
sambil senyum
Aku pun memesan makanan “2 burger,
kentang dan es krim”
“ice cream?” kata Natan terkejut
Seakan baru sadar tentang pesanan yang
aku sebut, aku hanya diam.”kenapa pesan ice cream? Seakan aku biasa memesannya
sehingga kata-kata itu begitu saja terucap” batinku.
Kami mulai makan, dalam diam. Sibuk
dengan pikiran sendiri-sendiri.
“aku ingin menceritakan sesuatu” kataku
membuka pembicaraan. “bisakah kau mendengarkannya setelah mencari kado? Kita
bicara di rumah” lanjutku
“baiklah” kata Natan dengan mengerutkan
kening.
Sesampainya di rumah, aku duduk diam di
sofa. Menunduk dan mimikirkna apakah keputusanku tepat. Hanya saja, Ntan pasti
tau masalaluku. Dia sahabatku.
“ehmmm Natan, akhir-akhir ini aku mimpi
aneh” akhirnya kata-kataku keluar.
“mimpi? Mimpi apa?” tanya Natan heran
“seorang gadis, tersenyum memandangku.
Dia terlihat manis” jawabku sembari tersenyum pilu. Aku menunduk, menatap
jemariku.
“apakah kamu ingin segera diingat? Agar
kamu bisa tenang disana” batin Natan mulai berkecambuk. “Apakah ini waktu yang
tepat untuk menceritakannya, tapi jika Dicky sudah mulai menanyakannya seperti
ini seharusnya...” lamunan Natan.
“Natan, apakah kau tau sesuatu? Tentang
seseorang yang ada di masa laluku sebelum aku kehilangan ingatan ini. Natan aku
mohon, ceritakan padaku” kataku dengan menatap Natan.
“namanya rosella, gadis yang manis,
baik, pintar. Dia memiliki banyak teman, bahkan banyak yang menyukainya. Dia
memiliki seorang yang begitu ia sayang selain kedua orang tuanya tentunya,
orang yang ada di sampingnya 3 tahun ini, yaitu kamu” penjelasan Natan yang
tiba-tiba berhenti. Dia menatapku, tatapan yang tak mampu untuk diartikan. “dia
sudah meninggal” lanjutnya.
Satu kalimat yang serasa menyesakkan
dadaku. Seketika aku tertunduk, diam. Memejamkan mataku, mencoba menguasai
diri.
“beberapa waktu lalu, sebelum kamu
kecelakaan yang menghilangkan sebagian ingatanmu” lanjut Natan.
Aku beranjak dari tempat dudukku “antar
aku, ke makamnya” kataku.
30 menit kemudian
Aku menatap batu nisan itu. Menaburkan
bunga mawar putih.
“bagaimapun juga kamu harus melanjutkan
hidup” suara yang lembut, aku mengingatnya. Orang yang selama 3 tahun ada
disampingku.
“maaf dan terimakasih” kata yang
tiba-tiba terucap dari mulutku
Natan menepuk pundakku “sudah mulai
gelap, ayo pulang”
Sesampainya dirumah, Natan memberiku
memori card. Dan melanjutkan perjalanan pulangnya.
Aku merebahkan tubuh di kamar. Menatap langit-langit
dengan tatapan kosong. “kamu ingin segera diingat agar bisa segera tenang
disana, benarkan rosella” kataku lirih. Selirih hembusan angin. “lalu sekarang
bagaimana aku tanpamu?” pertanyaan yang tak akan terjawab. Sepi. Aku mulai
membuka memori card yang di berikan Natan. Berisi foto seorang wanita, begitu
manis. Dan beberapa foto lain, menggambarkan aku dan dia, terlihat begitu
bahagia. Selanjutnya aku melihat folder music, berisi lagu yang dia sukai, ya
setidaknya yang biasa dia dengar. Di folder video, ada video ulangtahunnya,
saat aku membuat kejuatan untuknya. Disisi lain, ada catatan-catatan tentang
aku dan dia, tentang tugas kuliah, atau beberapa hal yang perlu dia catat. Aku
tenggelam ke masa lalu, saat aku dan dia bersama, tentang semua kenangan
tentang kita. Hingga aku tertidur saat mendengarkan lagu yang ada di memori
card itu.
“bagaimanapun juga kamu harus
melanjutkan hidup” katanya sambil tersenyum.
“ta…tapi..” kataku yang terpotong
olehnya
“kamu harus melanjutkan hidup, aku slalu
ada di sampingmu, aku ada di hatimu, aku tak akan meninggalkanmu. Hiduplah
dengan tenang, agar juga tenang disini. berjanjilah” ucapnya dengan tenang
“aku…aku berjanji” kataku akhirnya.
“terimakasih, aku menyayangimu” katanya
sembari memelukku untuk beberapa saat. Dia mulai berjalan kea rah cayaha yang
terang. Sangat terang. Dan aku hanya bisa menatap kepergiannya.
Tiba-tiba aku terbangun dari tidurku.
“aku berjanji rosella” kataku mengulangi kata yang terucap dalam mimpiku.
“terima kasih untuk waktu yang berharga ini, terima kasih telah menemaniku,
terima kasih untuk segalanya” ucapku dengan tulus.
TamaT
~Malang, 04 September 2014~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar