Kamis, 03 Juli 2014

Ilusi


Khayalanku melambungkanku
Akan sesuatu yang semu
Sesuatu yang indah
Namun menyakitkan

Bayangmu menghampiriku
Mengisi hari-hari semu
Membei kebahagian
Yang tak pernah nyata

Hingga ku terjatuh
Terpuruk pada daratan
Kembali pada kenyataan
Bahwa kau hanya ilusi

Aku terkunci dalam kenyataan yang semu
Harap yang melampaui batas
Harap yang menghancurkan
Saat aku tersadar kau tak pernah ada

Malang, 25 April 2014

Kenangan


 “Hai, gimana kabarnya. Baik-baik saja kan? Aku tentu saja baik. Aku lagi menyongsong libur semester. Aku harap kalian gak begitu sibuk. Ingin rasanya bisa berkumpul lagi. Bagaimana jika tanggal…”
Aku berhenti mengetik pesan yang sudah begitu panjangnya. Yang akan aku kirim ke teman-temanku melalui grup chat. Tapi aku urungkan. Aku delete semua kata yang sudah terangkai itu. Menutup jendela sosmedku. Beralih ke folder foto dalam computer. Foto-foto yang sudah cukup lama mengisi computer ini.
Ku pandangi foto-foto itu satu persatu. Ternyata sudah begitu lama waktu berjalan, meninggalkan aku dalam kenangan indah saat aku bersama kalian. “ah sudah begitu lama” batinku sambil tersenyum memandangi foto beserta kenangan didalamnya. Melemparkan aku ke masa lalu.

THIS LOVE


“Are you oke? kata Dita mengagetkanku sambil duduk disampingku.
“Of course” kataku singkat tanpa mengalihkan pandanganku dari buku yang ku baca.
Dita menatapku dengan heran.
            Namaku Amanda, begitulah teman-teman biasa memanggilku. Aku mahasiswi agroekoteknologi. Dan anak yang duduk disampingku adalah Dita, sahabatku sejak SMP. Dia adalah mahasiswi sosiologi. Aku dan Dita satu universitas. Hari ini aku pergi ke perpustakaan untuk mengerjakan laporan kuliahku, dia menemaniku. Maklum saja aku anaknya gak pede-an kalau keluar sendiri. Sebenarnya aku kesini karna banyak pikiran, dari pada suntuk di kost-kost an mending keluar aja. Aku belum crita ke Dita kalau aku brantem ama pacarku lagi. Ya lagi pula bukan cerita yang baru. Sudah sangat sering terjadi, dan mungkin Dita udah bosen dengernya. Tapi hubungan ini bisa bertahan dengan keadaan yang seperti ini.
“Yuk pulang” kataku setelah cukup lama kami ada diperpustakaan.
“Ayo, tapi cari makan dulu yuk, udah sore nich …..laper” katanya.
“Hehehe maaf,maaf aku kelamaan ya, pasti kamu udah laper banget” kataku bercanda.
“He.em nich…ayo cepetan” ujarnya seraya bangkit dari duduknya. Aku pun segera menyusulnya.

Siapa Kamu


Siapa kamu?
Yang hanya bisa memandang langit gelap dari ambang jendelamu. Terselimuti dingin angin malam yang kau rasa begitu sejuk. Hitam dan gelap, tapi suatu ketika kamu merasa malam tak segelap itu, tak seperti yang kau bayangkan. Ntah apa yang membuat langit malam itu menjadi terang tanpa rembulan.
Siapa kamu?
Yang menunggu sinar mentari muncul pada pagi hari. Menanti lukisan alam yang indah dari Tuhan yang selalu ingin kau nikmati, yang ingin selalu kau abadikan dengan kamera rongsokan itu. Bukankah gambar itu selalu sama? Tapi kamu selalu mengabadikannya. Sebegitu indahnya kah? Hingga kamu selalu terpesona memandangnya, hingga warna jingga menembus jendela kamarmu dan kian lama warnanya memudar.

Rabu, 02 Juli 2014

Sudah Waktunya



“sudah waktunya” kataku lirih yang sedari tadi duduk diatas kasur empuk ini. Mataku menatap setiap sudut kamar, sembari beranjak menuju sudut kamar. Didepan lemari, ragu tapi tak ada pilihan lain untuk tidak melakukannya. Ku ambil koper dari atas lemari, membuka lemari dan mulai memasukkan beberapa baju. Dalam diam, aku melakukan kegiatan itu hingga ku rasa cukup. Mataku beralih ke meja tempat belajarku “Mungkin ada barang yang harus ku bawa” batinku.

Mataku terfokus ke satu benda. Bimbang itu datang namun aku tak punya kekuatan. Aku hanya anak lemah, ya aku lemah. Tanpa sadar, cairan hangat mulai terasa di pipiku. Berlahan namun pasti, cairan itu turun semakin deras. Aku terduduk, membenamkan wajahku di lutut. “sudah waktunya” kataku dalam isak tangis yang tak tertahan lagi. Beberapa saat, tak mampu melakukan apapun. Aku hancur, andai mereka tahu dan mengerti apa yang aku inginkan. Aku tak ingin pergi, sungguh.